Selasa, 20 April 2010

Persiapan Kandang Ayam Petelur

Nama : Ermalia Windasari

Kelas : 3DB01

NPM : 32107146

Materi : Persiapan Tempat Dan Tata Letak

Persiapan Kandang Ayam Petelur

Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi
persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 derajat C, kelembaban
berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai
dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar
matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta
sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang.

Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang
penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang
hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat
minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat
penerangan.

Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua:

a) Sistem kandang koloni, satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri dari ribuan ekor ayam petelur;

b) Sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan
cage. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individu di dalam kandang
tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang untuk satu ekor
ayam. Kandang sistem ini banyak digunakan dalam
peternakan ayam petelur komersial.

Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1) kandang dengan lantai liter, kandang ini dibuat dengan lantai yang
dilapisi kulit padi, pesak/sekam padi dan kandang ini umumnya
diterapkan pada kandang sistem koloni;

2) kandang dengan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini
terdiri dari bantu atau kayu kaso dengan lubang-lubang diantaranya,
yang nantinya untuk membuang tinja ayam dan langsung ke tempat
penampungan;

3) kandang dengan lantai campuran liter dengan
kolong berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk
alas liter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari
30% di kanan dan 30% di kiri).

PRASARANA LAIN YANG DIPERLUKAN

a. Litter (alas lantai)

Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap
yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang.
Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit
padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi
serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit
padi/sekam.

b. Tempat bertelur

Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur
tidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup
untuk 4–5 ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang dengan lebih
tinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan
telur dari luar sehingga telur tidak pecah dan terinjak-injak serta
dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring dari kawat hingga telur langsung
ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubah yang lebih besar dari
besar telur pada dasar sarang.

c. Tempat bertengger

Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding
dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari
luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih
rendah dari tempat bertelur.

d.Tempat makan, minum dan tempat grit

Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu,
almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat.
Untuk tempat grit dengan kotak khusus

PENGGUNAAN APLIKASI PROGRAM HOME DESIGNER SUITE 6.0 UNTUK PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN TATA LETAK RUANGAN DI INSTALASI RADIOLOGI

Nama : Ermalia Windasari

Kelas : 3DB01

NPM : 32107146

Materi : Persiapan Tempat Dan Tata Letak

PENGGUNAAN APLIKASI PROGRAM HOME DESIGNER SUITE 6.0 UNTUK PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN TATA LETAK RUANGAN DI INSTALASI RADIOLOGI

A.Pendahuluan

Instalasi Radiologi adalah salah satu instalasi penunjang medis di suatu rumah sakit. Keberadaan instalasi radiologi ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu menegakkan diagnosa. Selain ketersediaan prasarana dan peralatan penunjang diagnostik yang memadai, tata letak ruangan di instalasi radiologi merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan demi kelancaran dan efektifnya suatu pelayanan.

Dalam perencanaan dan pengembangan tata ruang instalasi radiologi di suatu rumah sakit, biasanya kedua hal tersebut , proses pengerjaannya dilakukan oleh seorang arsitek yang telah ditunjuk oleh pihak rumah sakit. Karena seorang arsitek tidak memiliki latar belakang ilmu radiologi, kadang-kadang hasil pengerjaan dari tata letak ruangan tersebut belum sesuai dengan standar ruang radiologi yang kita inginkan., misalnya tata letak ruang kamar gelap yang terlalu jauh dari kamar pemeriksaan, lebar pintu kamar pemeriksaan yang terlalu sempit, penempatan wastafel yang tidak sesuai, dsb.

Memang dalam proses perencanaan dan pengembangan tata letak ruangan di instalasi radiologi, pihak manajemen rumah sakit biasanya meminta saran kepada kita tentang tata letak ruangan yang sesuai dengan standar ruang radiologi. Namun jika kita dapat mempresentasikan dengan lebih detail disertai gambaran 3D tentang tata letak ruangan di instalasi radiologi seperti penempatan meja pemeriksaan, meja control, dan assesoris ruangan lainnya, tentu ini akan lebih memudahkan kita dalam mengkomunikasikan hal tersebut pada pihak manajemen rumah sakit, sehingga ketidaksesuaian pada hasil akhir pengerjaan pengembangan di instalasi radiologi dapat diatasi. Aplikasi program Home Designer Suite 6.0 adalah aplikasi program yang dikembangkan oleh perusahaan Broderband Amerika Serikat. Aplikasi program ini secara khusus didesain menganut teknologi virtual building yang dengan cepat membantu mewujudkan ide desain kita kedalam bentuk 3D. Keunggulan nyata dari perangkat lunak ini adalah selain kemampuan membuat gambar kerja (technical drawing) 2D untuk pedoman pelaksanaan pekerjaan lapangan, Aplikasi program ini juga dapat mencitrakan gambar perspektif virtual 3D berdasarkan gambar kerja yang telah kita buat.

Dalam perkembangannya aplikasi program ini dapat dipergunakan untuk perencanaan desain interior seperti tata letak ruangan, maupun desain eksterior seperti perencanaan taman bermain. Aplikasi program ini memiliki dua fungsi utama yaitu merencanakan sebuah desain bangunan berdasarkan denah atau gambar kerja 2D, dan fungsi pengembangan berdasarkan tata letak sebuah bangunan yang sudah ada, misalnya desain rumah tumbuh, merubah tata ruang interior, dll. Dalam makalah ini penulis akan lebih banyak membahas fungsi Aplikasi Home Designer Suite 6.0 untuk pengembangan tata ruang interior di instalasi radiologi.

B. Persiapan Manual

Sebelum kita menginjak pada pembahasan Aplikasi Program Home Designer Suite 6.0 untuk pengembangan tata letak ruangan di Instalasi Radiologi, ada beberapa persiapan manual yang perlu kita lakukan yaitu :
1. Mempersiapkan denah ruang instalasi radiologi.
2. Mengukur dimensi peralatan-peralatan radiologi, furniture, dan assesoris ruangan
3. Menentukan jarak peralatan-peralatan radiologi, furniture, dan assesoris terhadap letak bangunan atau ruang radiologi.
4. Memindahkan semua data manual yang sudah kita dapatkan menjadi sebuah gambar kerja.

C. Spesifikasi Komputer yang diperlukan

Pembahasan berikut akan memberikan gambaran pada kita tentang persyaratan spesifikasi hardware (perangkat keras komputer) dan sistim operasi yang harus dipenuhi untuk menjalankan Aplikasi Program Home Designer Suite 6.0.

Adapun spesifikasi komputer yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Sistem operasi yang diperlukan adalah Microsoft Windows XP Professional.
2. Processor Intel Pentiun 4 dengen kecepatan prossesor minimal 2 Ghz.
3. RAM (memory) sebesar 512 megabyte.
4. Ruang kosong hard disk sebesar 500 megabyte.
5. Resolusi monitor 1024 x 768 pixel.
6. VGA Card atau kartu grafis dengan memory 64 megabyte.
7. CD-ROM atau DVD-ROM Drives untuk proses instalasi program.

Beberapa kegunaan Aplikasi Home Designer Suite 6.0

Setelah penulis mendalami Aplikasi Home Designer Suite 6.0, ada beberapa kelebihan dari aplikasi tersebut dalam perencanaan dan pengembangan tata letak ruangan di instalasi radiologi, diantaranya :
1. Jika Instalasi Radiologi suatu rumah sakit mendapatkan penawaran peralatan baru oleh suatu supplier peralatan x-ray disertai brosur dan dimensi peralatan x-ray yang ditawarkan, aplikasi program Home Designer Suite 6.0 dapat membantu dalam pemilihan ukuran pesawat x-ray yang sesuai dengan ruangan yang tersedia.
2. Aplikasi program Home Designer Suite 6.0 dapat mencitrakan tampilan 3D perencanaan tata letak ruangan baru di Instalasi Radiologi secara detail, hingga tata letak, maupun ukuran furniture, dan assesoris yang sesuai dengan ruangan yang akan dibangun.
3. Aplikasi program Home Designer Suite 6.0 memudahkan kita dalam mengkomunikasikan perencanaan dan pengembangan tata letak ruangan di instalasi radiologi pada pihak managemen rumah sakit
4. Aplikasi program Home Designer Suite 6.0 membantu kita dalam perencanaan penempatan asessoris baru pada ruangan di instalasi radiologi, contoh : penempatan meja emergency pada pemerikaan kontras, penempatan alat Computer Radiography baru, dsb
5. Tampilan gambar kerja dan tampilan virtual 3D dari Aplikasi program Home Designer Suite 6.0 dapat diolah oleh aplikasi program designer lainnya seperti Adobe Photoshop dan Coreldraw,



Upacara Tarik Batu: Mereka Menyiapkan Kuburnya Sendiri

Nama : Ermalia Windasari

Kelas : 3DB01

NPM : 32107146

Materi : Persiapan Tempat Dan Tata Letak

Upacara Tarik Batu: Mereka Menyiapkan Kuburnya Sendiri

Dari atas batu calon kubur, kata-kata hutaya diteriakkan lantang oleh paaung watu tanpa henti. Kata yang berarti "semangat" itu telah membakar dan menyalakan kekuatan sehingga batu seberat 12 ton itu pun bergerak lancar
menempuh jarak 2,2 kilometer, ditarik oleh lebih dari seribu orang dengan menggunakan sepuluh tali.

Gemuruh pun segera menggema di seantero Desa Malinjak, Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur, di suatu pagi cerah pada 28 September lalu. Hari itu dilakukan upacara tarik batu untuk menyiapkan
kubur bagi warga mereka, Umbu Redha Amabuni (80) dan istrinya. Batu berukuran 4,2 x 2,4 meter setinggi 1,4 meter itu bergulir lancar dari lokasi asal di Dusun Kutarutu menuju rumah Umbu Redha di Dusun Kabelauntu.

Peran paaung watu pun sangat dominan. Orang yang bertugas mengatur jalannya upacara itu tak henti-hentinya meneriakkan kata hutaya. Terkadang, untuk menambah semangat, dia meneriakkan kata sindiran mangumammi
(perempuan kamu!), yang dijawab spontan oleh massa—sambil mengerahkan segenap tenaga untuk menarik batu dengan teriakan munima (kami laki-laki!).

Dialah sang pemimpin dan salah satu peletak sukses dalam upacara ini. Oleh karena itu, dia harus memiliki kemampuan untuk mengatur dan memberi semangat kepada massa penarik batu yang jumlahnya ribuan. Calon kubur batu tersebut ditempatkan pada dua gelondong kayu bulat utuh yang ujungnya disatukan dan dibentuk menyerupai perahu. Secara simbolis, perahu tersebut melambangkan kendaraan yang akan membawa kubur batu. Saat penarikan, sebagai alas digunakan balok-balok kayu bulat sebagai landasan yang berfungsi sebagai roda, sementara
untuk menariknya digunakan tali dari jenis tua.

Kayu-kayu gelondong diletakkan di sepanjang jalan yang akan dilalui batu. Alas kayu itu tidak harus menutupi seluruh jalan karena kayu yang telah dilalui akan diambil dan dipasang kembali di depan, hingga batu mencapai tempat pendirian
kubur. Di sepanjang jalan yang dilalui batu mahaberat itu, tersedia kendaraan yang membawa air minum. Para penarik batu pun secara berkala juga disiram air agar tidak kepanasan.

Status sosial

Upacara tarik batu adalah salah satu upacara penting, merupakan bagian dari sebuah proses menyiapkan makam. Acara ini sendiri dilaksanakan oleh keluarga Umbu Dingu Deddy dan saudara-saudaranya; sebagai bentuk penghargaan dan
rasa hormat kepada orangtuanya.

Hal pertama yang dilakukan adalah mencari sumber batuan terdekat dari lokasi rumah, kemudian meminta ahli pahat untuk menggali batuan tersebut dan memahatnya menjadi bentuk kubur yang diinginkan. Proses pemahatan itu sendiri
bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan. Kubur batu untuk Umbu Redha Amabuni dan istrinya ini, misalnya, mulai dipahat tahun 2002 dan baru selesai tahun 2005.

Upacara tarik batu itu sendiri baru dilakukan tahun 2007 karena memerlukan persiapan yang matang. Setidaknya melibatkan hampir seluruh penduduk di empat desa di wilayah tersebut, yakni Malinjak, Tanamodu, Weilawa, dan
Damaika.

Upacara ini merupakan salah satu ajang memperlihatkan status sosial karena hanya yang mampu secara ekonomis yang bisa melaksanakan upacara tersebut. Terlebih jika kubur tersebut dibuat dari monolit, batu besar yang untuk menarik dan
membuatnya menjadi kubur saja memerlukan biaya sangat besar.

Inilah prestise tersendiri bagi sang pendiri kubur batu. Kelak, ketika Umbu Redha maupun istrinya meninggal dunia, bagian atas dari kubur batu ini akan dilubangi untuk menempatkan jenazah mereka dengan posisi terlipat. Kaki ditekuk di
dada dan diikat dengan kain merah. Jenazah dibaringkan miring, bagian kanan berada di posisi bawah. Posisi seperti ini menyerupai posisi bayi dalam kandungan, yang bermakna suci kembali. Maka, sucilah mereka ketika meninggal, sama
sucinya dengan ketika lahir.

Sebagian besar orang Sumba mempersiapkan kubur untuk dirinya sendiri kelak jika dia meninggal. Karena, mempersiapkan kubur bagi diri sendiri merupakan satu kebanggaan dan bisa mendatangkan rasa nyaman. Itu sebabnya,
keberadaan kubur-kubur batu di Sumba Barat tidak dapat dipisahkan dari rumah- rumah tradisional. Setiap perkampungan tradisional selalu memiliki kubur-kubur batu di tengah permukimannya, yang diletakkan di halaman depan
rumah masing-masing.

Ada dua alasan mengenai tata letak kubur tersebut. Pertama, adanya anggapan bahwa kubur di depan rumah akan mudah dilihat setiap saat oleh anggota keluarga yang masih hidup sehingga memudahkan pula untuk mengirim doa dan
sesaji. Ini merupakan satu bukti penghormatan untuk orang yang telah meninggal.Kedua, para kerabat tidak ingin "berjauhan" dengan anggota mereka yang telah meninggal meskipun telah berbeda alam. Walaupun sebagian besar orang Sumba sudah memeluk agama Kristen Protestan, mereka masih memegang teguh
tradisi pemujaan leluhur itu. Hal ini antara lain diwujudkan dengan pemberian sirih pinang pada kubur-kubur keluarganya pada saat-saat tertentu, seperti ketika akan bepergian jauh, awal potong padi, mengadakan hajatan, serta membangun
atau merenovasi rumah.

Tradisi megalitik

Kubur batu untuk Umbu Redha Amabuni dan istrinya ini berbentuk watu pawesi, yaitu kubur berkaki empat, yang dalam istilah arkeologi disebut dolmen. Kubur batu di Sumba Barat, baik yang berbentuk bejana (kabang) maupun watu pawesi, merupakan kubur primer yang dipakai secara komunal antara suami istri dan cucu- cucunya.

Jenazah anak kandung tidak dapat dikuburkan bersama jenazah orangtuanya. Ini didasarkan pada pandangan bahwa pada waktu hidup seorang anak yang telah dewasa dan menikah tidak boleh tinggal sekamar dengan orangtua sehingga
setelah meninggal juga tidak boleh dikubur dalam kubur batu (odi) yang sama. Sementara jenazah cucu boleh disatukan dengan kubur kakek-neneknya.

Dalam konteks budaya prasejarah, kubur-kubur batu tersebut merupakan kubur dari budaya megalitik muda, yang berkembang pesat di Indonesia sejak menjelang tarikh Masehi. Eksistensinya, seperti yang masih dapat dilihat di Sumba
saat ini, jelas merupakan tradisi tersendiri dari sebuah tata cara penguburan dari masa prasejarah.

Tampaknya, ciri-ciri budaya megalitik yang berintikan pemujaan kepada arwah leluhur (ancestor worship) itu tidak saja hanya terlihat dari pendirian dan pemakaian kubur-kubur batu tersebut, tetapi juga dapat dilihat dalam keseharian mereka.
Marapu, yang masih dianut sebagian besar orang Sumba, merupakan kepercayaan asli yang bertumpu pada pemujaan arwah nenek moyang, meyakini roh- roh leluhur sebagai penghubung antara mereka yang masih hidup dan Sang
Pencipta. Inilah inti dari pendirian kubur-kubur batu tersebut. Di Wainyapu, kubur batu disebut sebagai watu rante, yang bermakna tempat mendiang bersemayam.

Tata letak rumah adat (lewata moriata) terhadap pola perkampungan juga mencirikan orientasi chtonis, yaitu berorientasi pada kekuatan supranatural, pegunungan, misalnya. Di lain pihak, kubur-kubur batu juga menempati posisi sangat
istimewa.

Sebagian besar permukiman di sini menunjukkan pola berjajar linier utara-selatan, saling berhadapan, menghadap ke kubur-kubur batu dan tempat- tempat pemujaan (marapuano). Ada pula permukiman melingkar, berkiblat ke kubur-kubur
batu yang terletak di tengahnya.

Inilah dedikasi orang Sumba kepada arwah leluhur. Sebuah lokal genius yang tetap mereka pertahankan di antara kuatnya dominasi Kristen-Protestan. Agama dan tradisi berdampingan secara harmonis dalam keseharian orang Sumba.

Sang rumah abadi

Umbu Redha pun, beserta istrinya, begitu bahagia dan terharu setelah watu pawesi menempati posisi barunya di depan rumahnya. Inilah batu tempat jasadnya kelak ketika meninggal. Sang rumah, bagi mereka, yang akan mengayominya
dalam keabadian. Terlihat matanya selalu berkaca-kaca setiap orang mengucapkan selamat karena acara tarik batu telah berjalan lancar.

Sungguh merupakan satu kebahagiaan yang sempurna jika pada saat hidupnya orang Sumba melihat secara langsung persiapan dan pembuatan makam sebagai tempat istirahat abadinya kelak. Watu pawesi yang dihadiahkan oleh anak-
anak dan para kerabat untuk dirinya adalah pengabdian dan kasih sayang mereka kepada orangtuanya.

Kepada seluruh masyarakat yang telah bergotong-royong menarik batu, dibagilah daging, yang bermakna untuk membersihkan tangan yang luka karena menarik batu. Acara ini diadakan oleh keluarga sebagai ungkapan terima kasih
kepada setiap orang yang telah terlibat secara aktif pada acara tarik batu.Sesaat setelah tiba di Jakarta, sebuah pesan singkat dari Ibu Umbu Dingu Deddy masuk ke telepon seluler penulis. Sang penyelenggara upacara tarik batu itu menulis, "Keluarga kami terkesan dengan kehadiran Ibu saat itu karena dalam
budaya kami—khususnya budaya Anak Kalang Sumba—baru kali ini ada seorang wanita yang berani naik di atas batu adat. Menurut para tetua adat, hal itu diyakini ikut memperlancar jalannya batu tersebut. Karena, tidak semua batu adat
akan berjalan mulus pada setiap upacara tarik batu. Sekali lagi terima kasih banyak."Untuk sang orangtua, batu itu dipersembahkan. Demi kubur abadinya kelak ketika mereka telah berlalu.

Referensi :

Retno Handini Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional

Sumber: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0711/02/humaniora/3967862.htm

Tips Untuk Menjadi MC Yang Baik dan Benar

Nama : Ermalia Windasari

Kelas : 3DB01

NPM : 32107146

Materi : Persiapan Tempat Dan Tata Letak

Tips Untuk Menjadi MC Yang Baik dan Benar

Sukses tidaknya suatu atau acara sangat ditentukan oleh para pendukung acara tersebut, salah satunya yang sangat berperan penting adalah MC ( Master of Ceremony). Menjadi seorang MC yang baik tentunya membutuhkan pengetahuan dan kemampuan khusus. Bagi loe yang tertarik untuk menekuni dibidang ini, berikut beberapa tips yang perlu diketahui untuk menjadi MC yang baik :

A.Suara dan cara berbicara

Teknik memproduksi suara dengan memperhatikan :
1. Speed, standar kecepatan suara harus menyesuaikannya dengan situasi dan kondisi.

2. Volume, dalam memandu sebuah acara, suara yang dihasilkan harus bulat.

3. Tone, tinggi rendah suara, agar audience tidak merasa bosan selama acara berlangsung.

4. Timbre, suara yang ekspresif akan sangat mudah mempengaruhi pendengar.

5. Power, kekuatan suara yang dihasilkan harus tepat sesuai dengan pemakaian kata.

6. Nafas, berbicara dengan nafas perut, karena suara yang dihasilkan lebih dalam, power lebih kuat dan lebih terasa nikmat untuk didengar.

- Teknik berbicara

Yang harus diperhatikan untuk menghasilkan cara berbicara yang lebih professional dalam membawakan acara antara lain :

1. Intonasi : Sebaiknya suara tidak datar, tetapi mengandung iramaatau berirama.

2. Artikulasi : Setiap kata yang diucapkan haruslah jelas benar, sehingga mudah dimengerti atau dipahami.

3. Phrasing : Dalam berbicara sebaiknya memberikan jeda agar dapat dimengerti.

4. Stressing : Memberikan energi dalam suara, agar tidak menimbulkan kesan loyo.

5. Infleksi : Lagu kalimat, perubahan nada suara, hindari pengucapan yang sama bagian setiap kata (redundancy). Inflesi naik menunjukkan adanya lanjutan kalimat atau menurun untuk menunjukkan akhir kalimat. Semakin sering training MC akan membuat loe menjadi terbiasa.

2. Menciptakan suasana dengan suara

a. Acara resmi

Speed : Natural – lambat

Tone : Rendah

Volume : Kuat

Power : Kuat

Timbre : Khidmat, serius.

Acara hiburan

Speed : Kadang agak cepat

Tone : Fluktuatif

Volume : Kuat

Power : Kadang-kadang kuat

Timbre : Khidmat, serius

3. Penampilan

Harus disesuaikan dengan penyelenggaraan dan karakteristik acaranya.

4. Bahasa Tubuh

Ini harus diperhatikan mengingat seorang MC menjadi pusat perhatian dalam suatu acara,
-Duduk : Tubuh tegak, bahu relaks, tangan diatas pangkuan

- Berdiri : Untuk wanita membentuk sudut 45°, tegak, dada tegap, bahu relaks dan untuk pria kaki sedikit terbuka.

-Berjalan : Tubuh tegap, bahu relaks dan langkah mantap.

5. Meningkatkan rasa percaya diri, dapat dilakukan dengan :

a. Evaluasi diri

- Memperluas wawasan agar tidak canggung dan merasa khawatir bertemu dan berbicara dengan siapa pun.

- Memperbaiki penampilan

b. Mengatasi grogi

- Persiapan yang baik

- Datang sebelum waktunya

- Adaptasi dengan kondisi dan situasi

- Relaksasi

6. Tampil memikat

- Eye contact

Selalu bertatap mata dengan audience. Jika sedang grogi usahakan pandangan di atas kepala audience. Pada saat menyebut tamu VIP, pandanglah pejabat tersebut.

- Opening touch

Pada saat audience belum siap untuk memulai acara, MC dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mencairkan suasana dengan opening touch yang berbentuk lelucon, pertanyaan, atau pernyataan yang controversial.

- Emotional content

Untuk menciptakan suasana kebersamaan dan dialogis dengan mengusahakan agar pembicaraan memiliki emosi yaitu melalui penegasan kata, pengulangan kata, menunda kata, dan memperpanjang kata,

7. Penguasaan suasana/acara, dapat diperoleh dengan hal-hal berikut :

a. Melangkah dengan tenang dan yakin

b. Cari tempat berdiri yang tepat, dapat dilihat semua orang (sebanyak mungkin).

c.Berdiri tegak, jangan membungkuk, bersandar dinding/meja, miring.

d. Mulai acara dengan telebih dahulu memberi salam dengan tulus dan sungguh-sungguh.

e. Berbicara dengan suara yang cukup jelas, tidak terlalu cepat/lambat, jangan monolog tetapi dialog, gunakan intonasi suara yang sesuai.

f. Ekspresi wajah harus baik. Resep : Lupakan diri (tidak self centered).

8. Etiket yang harus diperhatikan, menjadi seorang MC yang baik :
1. MC tidak harus membacakan susunan acara pada pembukaan acara, kecuali untuk acara resmi.

2. Seusai pejabat memberikan sambutan pada acara resmi, MC tidak memberikan ucapan terima kasih, komentar atau tanggapan tentang sambutan tersebut.

3. Bila mempersilakan pejabat untuk menberikan sambutan, sebaiknya MC bergerak meninggalkan mike pada saat yang sama dengan saat pejabat meninggalkan mike.

4. Jangan memulai acara berikutnya sebelum pejabat yang baru saja selesai memberikan sambutan tiba di tempat duduknya.

5. Apabila acara tersebut banyak melibatkan wartawan, fotografer dan kameramen, sehingga kegiatan mereka mengganggu jalannya acara, secara formal beri kesempatan kepada mereka untuk mengambil gambar dan segera akhiri dengan cara yang sama.

6. Untuk catatan-catatan anda, gunakan kertas yang terpotong rapi dengan catatan yang teratur dan jangan mengangkat kertas terlalu tinggi.

7. Jangan memukul, meniup atau selalu menggerak-gerakkan mike, sebelum dan pada saat berbicara.

EKSPRESI DAN PENJIWAAN

Banyak kita lihat di berbagai kesempatan di depan audiens seorang MC seolah –olah kehilangan pegangan, kaku dan tak tau apa yang harus dilakukannya ( diluar dugaan ). Misalnya : pembicara yang batal hadir dan tidak ada pembicara lain yang dapat menggantikannya atau pembicara yang datang sangat terlambat.
Apa yamg harus dilakukan oleh seorang MC ? Seorang MC memang dituntut oleh profesinya harus selalu rapi, bicaranya jelas, keterangannya akurat, spontan dapat menghadapi situasi mendadak, mampu bergaya menawan dan lain sebagainya.
Menjadi seorang MC memang tidaklah mudah, siapa saja yang ingin menjadi MC ( tuntutan profesi ) harus mempunyai modal yang banyak. Di antaranya adalah pengetahuan umum, kemampuan berbahasa, tampil menawan, ramah, terampil, cekatan dan sabar . Disamping itu harus dapat “memimpin” audiens. Maka yang disebut sebagai ekpresi dan penjiwaan sesungguhnya adalah suatu sikap dan keadaan seorang MC ketika tampil dihadapan penonton atau audiens. Kalau kita merinci ekpresi dan penjiwaan yang dimaksud, maka tampaklah berbagai hal yang harus kita tekun.

TATA PACAK

Tata Pacak adalah sikap dan penataan diri untuk kepentingan penampilannya di depan hadirin agar audiens tertarik kepadanya ( tidak berlebihan ). Orang “menata diri”, memacak diri terbagi dalam beberapa bagian yaitu :

Ø Sikap, acting (gesture ),

Ø Bentuk tubuh ( posture ),

Ø Tata Busana ( tata rias ) dan





Persiapan Pengantin 3 Bulan Menjelang Hari ‘H’

Nama : Ermalia Windasari

Kelas : 3DB01

NPM : 32107146

Materi : Persiapan Tempat Dan Tata Letak

Persiapan Pengantin 3 Bulan Menjelang Hari ‘H’

Untuk mendapatkan rangkaian manis hari pernikahan, cobalah untuk membuat checklist yang berisikan kronologi acara dan rencana, termasuk didalamnya langkah-langkah utama yang harus diambil. Pasangan yang akan menikah harus sudah menyiapkan segala sesuatunya, yakni paling tidak 3-6 bulan dimuka sebelum hari pernikahan.

3 bulan sebelum hari H:

1. Putuskan segera tipe dan besarnya acara pernikahan Anda, estimasikan biaya yang akan dikeluarkan, serta buatlah resolusinya agar tidak melebihi budget yang telah dianggarkan.

2. Adakan sebuah rapat keluarga yang mengikutsertakan kedua belah pihak untuk menetapkan tanggal dan waktu yang pasti tentang pernikahan Anda.

3. Putuskan dimana tempat upacara dan resepsi pernikahan akan diadakan, dan lakukanlah cek silang apakah tempat akan tersedia pada tanggal yang kalian inginkan. Bersamaan dengan itu, cek juga biaya yang diperlukan dan catat dalam wedding planner Anda.

4. Datangi berbagai florist dikota Anda, jika sudah menemukan yang ‘pas’, segera buat reservasi agar Anda tidak perlu khawatir lagi tentang pesanan bunga.

5. Buatlah perjanjian dengan fotografer dan videografer yang akan mendokumentasikan pernikahan Anda.

6. Buatlah daftar tamu yang akan diundang. Hal tersebut akan memperkecil kemungkinan terlewatnya sahabat dekat Anda dari daftar tamu.

7. Pilihlah kartu undangan yang Anda inginkan. Hal ini untuk berjaga-jaga, siapa tahu paket pernikahan yang Anda pernikahan yang Anda pesan tidak menyediakan kartu undangan.

8. Mulailah berbelanja segala pernak-pernik kebutuhan pernikahan.

9. Bila Anda menginginkan upacara dan resepsi pernikahan dilaksanakan di rumah ibadah, bicarakan hal tersebut pada pengurus yang bersangkutan, terutama tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

10. Mulailah membersihkan rumah dan mengecat ulang dinding-dindingnya. Itu jika Anda memutuskan untuk mengadakan resepsi di rumah Anda.

2 bulan sebelum hari H:

1. Lengkapi daftar belanjaan Anda. Cek lagi, siapa tahu ada yang terlewat.

2. Bila Anda memerlukan bridesmaid dan bestmen atau pagar ayu dan pagar bagus, ingatkan pada mereka untuk mencoba (fittings) gaun atau baaju mereka.

3. Buat perjanjian dengan dokter atau klinik untuk pra married medical check-up.

4. Buatlah rencana yang detil dengan pihak catering, restoran atau hotel tentang menu makanan, susunan tempat duduk, tata letak perparkiran dan berbagai hal lainnya.

5. Buat perjanjian dengan hair dresser , beautician, atau make-up artist untuk mendandani Anda di hari H. Dan, jangan lupa untuk mengurus akomodasi bila Anda mengundang tamu dari luar kota tau luar negeri.

1 bulan sebelum hari H:

1. Aturlah reservasi kolom di koran, bila Anda ingin membuat pengumuman tentang pernikahan Anda. Umumnya hl ini dilakukan oleh mereka yang menikah tamasya.

2. Pastikan sekali lagi daftar undangan Anda, dan mulailah mengirimkan undangan, agar semua kartu undangan itu bisa sampai jauh hari sebelum hari pernikahan Anda.

3. Pergilah ke toko perhiasan, pilihlah cincin yang Anda berduai sukai.

4. Mulailah menyiapkan apa yang hendak Anda bawa di saat bulan madu, seperti memasukkan pakain kedalam koper atau membeli perlengkapan yang lainnya.

5. Pastikanlah sekali lagi perjanjian Anda dengan para profesional yang Anda sewa, seperti fotografer, videografer, beautician, hairdresser, catering, wedding organizer serta florist yang menangani karangan bunga dan hand bouquet.

6. Catatlah dalam agenda Anda untuk mengecek seluruh asesoris dan gaun pengantin, sebelum menerima segalanya itu dari bridal house.

7. Yang terpenting, buatlah gladiresik pernikahan Anda. Catatlah waktu yang diperlukan untuk setiap mata acara, agar bisa menghindari hal-hal yang kurang penting. Anda pasti menginginkan pernikahan yang indah tanpa cela.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat presentasi

Nama : Ermalia Windasari

Kelas : 3DB01

NPM : 32107146

Materi : Persiapan Tempat Dan Tata Letak

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat presentasi

Bicara Efektif di Muka Umum

Sudah bukan lagi masanya untuk menjadi remaja pasif! Setelah mulai sekitar 20 tahun lalu cara belajar siswa aktif dikampanyekan pemerintah, kini jadi remaja aktif tentu sudah seakan gerak reflek bagi Anda semua.
Salah satu keaktifan yang perlu Anda pelajari dan latih adalah ketrampilan berbicara di depan umum. Oke, Anda sekarang mungkin sering menderita demam panggung jika diperintah maju oleh guru. Gemetar, keringat dingin keluar, dan bicara pun tergagap-gagap. Malu dong kalo muslim muda seperti itu. Nah, inilah saatnya Anda mengobati demam panggung itu.Bicara di depan umum merupakan ketrampilan yang sangat berguna. Anda perlu memilikinya. Apalagi kita adalah muslim yang diwajibkan berdakwah. Gimana kalo suatu hari nanti Anda ditunjuk untuk memberi ceramah? Karena itu, ketrampilan bicara di depan umum perlu kita pelajari dan latih.

Berikut ini langkah-langkah praktis yang mungkin dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan berbicara efektif, sehingga apabila ada kesempatan ditunjuk menjadi pembicara tidak lagi terjadi ‘demam panggung’, tetapi justru menyenangkan.

SIAP SEBELUM BICARA

Ada 6 hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara efektif, yaitu: mengapa,siapa, di mana, kapan, apa dan bagaimana.

Mengapa: Menetapkan Sasaran

Hal pertama yang harus jelas dalam pikiran Anda sebagai pembicara adalah menetapkan sasaran pembicaraan. Penetapan sasaran sangat membantu dalam menentukan arah pembicaraan dan juga bermanfaat dalam memilih bahan yang sesuai dengan sasaran.Pada umumnya sasaran pembicaraan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, misalnya presentasi tugas, memimpin rapat, mengisi kajian, dan sebagainya.

Siapa: Pendengar

Meneliti apa dan siapa pendengar dapat membantu dalam menetapkan bahan yang akan disampaikan dan meyakinkan diri Anda bahwa Anda menyampaikan bahan pembicaraan kepada pendengar yang tepat.

Hal yang perlu diketahui dari sidang pendengar antara lain :

1. Berapa banyak orang yang hadir?

2. Mengapa mereka hadir di ruang tersebut?

3. Bagaimana tingkat pengetahuan yang mereka miliki atas topik pembicaraan?

4. Apa harapan mereka atas topik pembicaraan?

5. Bagaimana usia, pendidikan, dan jenis kelamin mereka?
Di Mana: Tempat dan Sarana

Penting bagi Anda untuk mengetahui dan memperhatikan tempat pembicaraan akan dilaksanakan.Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi pembicara :
1. Melakukan praktek: Apabila pembicaraan dilaksanakan pada ruang yang besar dan luas, maka akan lebih baik untuk mencoba suara terlebih dahulu, sebelum betul-betul berbicara di depan sidang pendengar.

2. Mempelajari sarana yang tersedia: Sangat bermanfaat, bila Anda lebih dahulu melakukan latihan untuk dapat mengoperasikan tombol-tombol lampu, slide projector, dan OHP (Over Head Projector).

3. Meneliti gangguan yang mungkin timbul: Anda perlu mewaspadai gangguan yang mungkin timbul, misalnya pembicaraan dilakukan dekat jalan raya sehingga suaramu harus dapat mengalahkan suara kendaraan yang lewat.

4. Tata letak tempat duduk .

Tata letak tempat duduk perlu diperhatikan, diatur, dipersiapkan, dan dikaitkan dengan sasaran pembicaraan.

Kapan: Waktu

Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pembicaraan? Anda perlu memperhatikan manajemen waktu.

1. Waktu penyelenggaraan sangat mempengaruhi: Biasanya, waktu sesudah makan siang dikenal sebagai waktu ‘kuburan’. Pendengar yang sudah makan kenyang, apalagi jika makanan yang disajikan enak rasanya, akan membuat pendengar lebih tertarik untuk ‘berngantuk ria’ daripada mendengarkan pembicaraan.

2. Berapa lama waktu yang digunakan: Anda perlu memperhatikan waktu, misalnya waktu untuk pembahasan, waktu istirahat, atau waktu tanya jawab. Agar punya manajemen waktu yang baik, maka perlu latihan terlebih dulu.

3. Masalah konsentrasi: Sangat sulit bagi pendengar untuk berkonsentrasi penuh selama lebih dari 2 jam. Apalagi bila mereka merasa bahwa pembicaraan Anda tidak menarik, tidak bermanfaat, dan tidak berminat. Umumnya seseorang dapat berkonsentrasi penuh pada 20 menit di awal pembicaraan, setelah itu konsentrasi akan menurun sedikit demi sedikit.

Apa: Bahan yang Akan Digunakan

Agar sasaran pembicaraan dapat dicapai, maka persiapan bahan perlu dilakukan. Berikut ini beberapa saran dalam pemilihan bahan:
1. Menyusun dan memilih bahan: Susunlah pokok-pokok pembicaraan. Sebaiknya pada 45 menit pertama jangan terlalu banyak pokok-pokok yang akan disampaikan. Dalam pemilihan bahan perlu diperhatikan: sasaran pembicaraan, waktu yang tersedia, pendengar, mana bahan yang harus diberikan dan bahan yang tidak perlu diberikan.

2. Gunakan contoh: Sederhanakan informasi yang sulit dan kompleks. Gunakan juga contoh-contoh yang benar-benar terjadi dan kaitkan dengan pokok-pokok yang ingin disampaikan.

3. Membuka dan menutup pembicaraan: Dalam membuka pembicaraan perlu dirancang agar dapat menimbulkan minat pendengar, dapat menimbulkan rasa butuh dari pendengar, dapat menjelaskan garis besar dan sasaran pembicaraan. Dalam menutup pembicaraan, Anda harus dapat menyimpulkan hal-hal yang telah dibicarakan.

4. Membuat catatan-catatan apa yang ingin dibicarakan. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengingat urut-urutan dalam pembicaraan adalah membuat catatan tertulis dengan menggunakan kartu-kartu atau kertas kecil. Hal yang dituliskan dalam kartu sebaiknya kata-kata kunci saja dan waktu yang digunakan untuk membicarakan apa yang tertulis di setiap kartu.

Bagaimana: Teknik Penyampaian

Penggunaan kata merupakan basis komunikasi, tetapi dalam kenyataannya keberhasilan dalam pembicaraan tidak hanya ditentukan dari penggunaan kata saja, tetapi justru penggunaan nonkata.

Bicara di depan umum yang berhasil seharusnya memenuhi persentase kontribusi sebagai berikut :

7%: penggunaan kata

38%: penggunaan nada dan suara

55%: penggunaan ekspresi muka, bahasa tubuh, dan gerakan tubuh

1. Pemilihan kata: Kata-kata yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan taraf pendengar, begitu juga penggunaan istilah. Sadari bahwa penggunaan kata-kata yang tidak tepat akan menimbulkan masalah.

2. Teknik penyampaian berita: Tidak banyak orang yang mampu menyampaikan berita dengan efektif.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan berita, antara lain:
•Gunakan ekspresi dan intonasi yang tepat.
• Diam sejenak untuk membantu peserta agar dapat mencerna materi yang sudah diterima.

.Bicara dengan jelas dan teratur.

• Bicara dengan volume memadai.

3. Bahasa tubuh: Di samping penyampaian dengan menggunakan kata, maka kesuksesan dalam pembicaraan justru bergantung pada hal yang non kata, seperti: gerakan tubuh, tangan, kontak mata, cara berdiri, dan ekspresi muka. Jangan terpaku di satu tempat seperti patung atau sibuk membaca catatan.
Berikut ini beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain :
1. Tatap mata pendengar: Kontak mata pembicara adalah vital untuk mengetahui apakah pendengar mengantuk, bosan, tidak paham, atau nampak tidak tertarik serta untuk mempertahankan minat pendengar atas apa yang Anda sampaikan.

2. Senyum: Manfaat dari tersenyum adalah mengendorkan ketegangan.

3. Hindari membuat jarak: Anda perlu mendekatkan diri dengan pendengar. Kalau Anda bicara di depan kelas yang pesertanya duduk, Anda bisa jalan-jalan di antara meja mereka. Berdiri di belakang meja atau di belakang papan tulis akan menciptakan jarak dengan pendengar.

4. Berdirilah yang tegak tapi tidak kaku: Berdiri tegak dan kaku, dapat menciptakan ketegangan.

5. Sadari kecenderungan untuk jadi pusat perhatian: Ini tidak berarti pembicara harus berdiri dengan kaku, tapi gerakan-gerakan tangan perlu ada untuk yang ingin disampaikan. Hindari berlebihan menggunakan gerakan, hindari juga mengulang kata-kata yang sama.

6. Berusahalah sewajar mungkin: Agar bisa bertingkah laku secara wajar, berhentilah untuk mencemaskan diri sendiri. Cara yang efektif untuk bisa menjadi wajar adalah dengan latihan bicara di depan kamera sehingga pembicara dapat melihat diri sendiri atau bicara di depan teman-teman.

Meningkatkan Kualitas

Banyak cara yang dapat digunakan dalam rangka menghidupkan suasana pembicaraan, apalagi bila waktu bicara cukup panjang. Beberapa cara yang dapat Anda gunakan antara lain:

1. Partisipasi sidang pendengar: Metode diskusi kelompok, dengan cara membagi pendengar menjadi kelompok-kelompok kecil dan kemudian setiap kelompok kecil diberi tugas, pertanyaan, atau kuis kemudian diminta mempresentasikan jawabannya di depan pendengar yang lain akan meningkatkan partisipasi pendengar dan menghidupkan suasana.

2. Sesi untuk tanya jawab: Memberi kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan dapat menguji apakah materi sudah dapat ditangkap dengan baik oleh pendengar.

3. Antusiasme: Tunjukkan antusiasme pembicara sewaktu menyampaikan materi.

4. Situasi yang menyenangkan: Ciptakan situasi yang menyenangkan dan tidak menegangkan/mengancam.

5. Pendengar yang ‘sulit’: Tidak seluruh pendengar adalah pendengar yang kooperatif dan positif, mungkin saja ada peserta yang ‘sulit’. Sebaiknya, jangan menimbulkan pertentangan langsung dengan peserta tersebut atau mempermalukannya di depan peserta lain.

6. Gunakan alat bantu: Alat bantu dapat mendukung pembicara dalam menyampaikan gagasan atau berita. Tiga kelompok alat bantu yang dapat mendukung pembicaraan adalah menstimuli: Visual, Hearing dan Feeling (VHF)

• Visual : papan tulis, OHP, video,

• Hearing – efek suara

• Feeling – makalah/hand out

Kebiasaan buruk yang harus dihindari saat presentasi
1. Selalu melihat jam tangan pada saat presentasi
Memperhatikan waktu merupakan hal yang sangat penting pada saat presentasi, ini menyebabkan banyak sekali presenter keseringan melihat jam tangan pada saat presentasi. Kebiasaan ini jika terlalu sering akan mengakibatkan audiens malah terfokus pada waktu bukan pada informasi yang disampaikan presentator. Ada baiknya anda menggunakan jam duduk yang anda letakan di tempat yang mudah terlihat bagi anda tetapi cukup tersembunyi buat audiens, atau jika memungkinkan minta tolonglah pada audiens yang ada didekat anda untuk memberitahukan waktu jika 10 menit lagi presentasi akan usai sehingga cukup waktu anda untuk closing.

2. Menggunakan filler words pada saat presentasi

Seringkali pada saat presentasi kita menggunakan kata ehmm, enggh, atau kata yang diulang seperti kamu tahu, dan, tetapi yang diulang berkali-kali. Kadangkala kita melakukan itu tanpa menyadarinya. Ada baiknya kita menggunakan tape recorder untuk merekam presentasi kita untuk mengetahui apa yang menjadi filler words kita pada saat presentasi.

3. Jauhkan tangan anda dari pakaian anda

Seringkali kita melihat banyak presentator memasukkan tangan kedalam saku, atau presentator wanita memegang blus mereka. Hal ini mengganggu audiens, selain itu akan membuat gesture tubuh anda menjadi terlihat kaku dan anda tidak dapat memanfaatkan body languange anda secara optimal.

4. Jauhkan pergerakan tubuh yang tidak perlu

Berdiri tegak secara nyaman kadangkala jauh lebih efektif dibandingkan bergerak ke kiri, kanan, kedepan dan balik ke belakang seperti tarian samba. Kecuali pergerakan ini berlangsung secara natural sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan.

5. Perhatikan ketika anda berjalan

Usahakan untuk tidak membelakangi audiens, atau bagi anda yang menggunakan slide projector atau infocus pastikan anda tidak berjalan atau berdiri pas didepan lampu proyektor.