Nama : Ermalia Windasari
Kelas : 3DB01
NPM : 32107146
Materi : Pelatihan Personnel
PROGRAM PELATIHAN
PRINSIP :
Program pelatihan sebaiknya dirancang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kelompok sasaran
LANGKAH-LANGKAH :
1.Lakukan penilaian kebutuhan pelatihan (Training Needs Assessment=TNA) bagi petugas data dan pengguna data. Ada 4 type pelatihan yang biasanya dilaksanakan :
- Pelatihan untuk Pelatih
- Pelatihan bagi petugas data di tingkat perifer tentang bagaimana mengisi formulir dengan benar.
- Pelatihan bagi operator komputer dalam menggunakan software dan hardware.
- Pelatihan bagi staf pada berbagai tingkatan mengenai penggunaan data.
Penilaian kebutuhan pelatihan juga harus dilakukan untuk setiap tipe pelatihan. Beberapa variabel yang perlu dikumpulkan pada saat penilaian kebutuhan pelatihan meliputi :
- Fungsi dasar dari setiap staf (TUPOKSI) terkait dengan Sistem Informasi Manajemen Kesehatan.
- Peningkatan pelatihan yang telah diperolehsesuai dengan kinerja masing-masing.
- Kapan pelatihan sebelumnya dilaksanakan
- Apakah pelatihan sebelumnya telah mampu meningkatkan kapasitas staf menjalankan fungsi yang diharapkan
- Jenis pelatihan yang dibutuhan
2. Mengembangkan kurikulum untuk setiap tipe pelatihan berdasarkan hasil penilaian kebutuhan pelatihan. Beberapa aspek yang tercakup :
- Kelompok sasaran (untuk siapa?)
- Isi (apa?)
- Strategi (Bagaimana?)
- Durasi (Berapa lama?)- Hal ini terkait dengan durasi total program pelatihan serta
3. Mengembangkan Materi Pelatihan. Beberapa materi pelatihan yang dianjurkan :
- Pelatihan bagi petugas data ;materi :kamus data ;Isi :daftar indikator, rumus, definisi, sumber data, & petunjuk pengisian format.
- Pelatihan bagi pengguna data ; materi : panduan untuk pengguna data (berbeda untuk setiap tingkatan); Isi : analisis data, interpretasi, dan penggunaan.
- Pelatihan bagi Operator komputer ; materi : panduan penggunaan software ; Isi : petunjuk yang jelas (dilengkapi dengan contoh) bagaimana penggunaan software ; permasalahan.
- Pelatihan untuk pelatih ; materi :panduan bagi pelatih ; Isi: petunjuk bagaimana melaksanakan pelatihan program bagi petugas data dan pemngguna data, strategi pengajaran, petunjuk penggunaan buku panduan bagi pengguna data dan petugas data.
4. Reproduksi materi pelatihan. Karena ada kemungkinan modifikasi format, struktur dan isi materi pelatihan berdasarkan evaluasi sebelumnya, oleh karena bahan materi yang akan dicetak kembali perlu diperhitungkan.
5. Merancang model evaluasi pelatihan. Langkah ini sangat penting karena sebagian besar evaluasi memerlukan data dasar tentang pengetahuan peserta sebelum pelatihan.
6. Identifikasi peserta yang tepat untuk masing-masing jenis pelatihan berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya dalam mengumpulkan, mengelola dan menggunakan data. Salah satu strategi yang efisien adalah mengidentifikasi dan melatih materi utama kepada staf yang dapat berperan sebagai trainer untuk wilayah di sekitarnya. Jika strategi ini dipilih, perlu mempertimbangkan distribusi geografis peserta pelatihan untuk Training of Trainer.
7. Lakukan pelatihan bagi petugas data
8. Lakukan pelatihan bagi pengguna data. Hal ini biasanya dilakukan setelah tersedia cukup data agar dapat digunakan pada saat pelatihan.
9. Evaluasi program pelatihan termasuk materi pelatihan yang digunakan.
10.Modifikasi materi pelatihan dan program pelatihan berdasarkan hasil evaluasi. Hal ini harus sudah dilakukan sebelum melakukan melangsungkan pelatihan berikutnya.
ISSU :
- Pemilihan peserta yang tepat bagi program pelatihan yang berbeda-beda.Identifikasi latar belakang staf yang akan mendapat pelatihan.
- Bahasa yang digunakan pada materi pelatihan
- Penyebarluasan materi dan buku panduan.
- Fasilitas yang tepat untuk pelaksanaan pelatihan.
Evaluasi Program Pelatihan Kegiatan evaluasi program pelatihan tidak hanya dilaksanakan pada akhir kegiatan program, tetapi sebaiknya dilakukan sejak awal, yaitu mulai dari penyusunan rancangnan program pelatihan, pelaksanaan program pelatahan dan hasil dari pelatihan. Penilaian hasil pelatihan tidak cukup hanya pada hasil jangka pendek (output) tetapi dapat menjangkau hasil dalam jangka panjang (outcome and impact program). Ada berbagai macam model evaluasi program yang dapat dipilih untuk mengevaluasi program pelatihan. Model mana yang akan digunakan tergantung pada tujuan maupun kemampuan evaluator. Siapapun yang ditunjuk menjadi evaluator, agar hasil evaluasi dapat maksimal maka kompetensi evaluator harus dipertimbangkan. Kompetensi evaluator meliputi kompetensi manajerial, kompetensi teknis, kompetensi konseptual dan kompetensi bidang studi. Pendahuluan Dalam manajemen SDM terdapat beberapa fungsi pokok, dan fungsi evaluasi merupakan salah satu di antaranya, selain perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan. Program pelatihan sebagai salah strategi pengembangan SDM memerlukan fungsi evaluasi untuk mengetahui efektivitas program yang bersangkutan. Pada umumnya orang beranggapan bahwa evaluasi program pelatihan diadakan pada akhir ahir pelaksanaan pelatihan. Anggapan yang demikian adalah kurang tepat, karena evaluasi merupakan salah satu mata rantai dalam sistem pelatihan yang jika dilihat dari waktu pelaksanaannya kegiatan penilaian dapat berada di awal proses perencanaan, di tengah proses pelaksanaan dan pada akhir penyelenggaraan pelatihan dan pasca kegiatan pelatihan. Penilaian yang dilaksanakan pada proses perencanaan disebut dengan analis kebutuhan (need assessment) yang berusaha untuk mengumpulkan informasi tentang kemampuan, ketrampilan maupun keahlian yang akan dikembangkan dalam pelatihan, karakteristik peserta pelatihan, kualitas materi pelatihan dilihat dari relevansi dan kebaharuan, kompetensi pelatih/instruktur/pengajar, tempat pelatihan beserta sarana dan prasarana yang dibutuhkan, akomodasi dan konsumsi serta jadwal kegiatan pelatihan. Penilaian yang dilaksanakan pada saat proses pelatihan disebut dengan monitoring yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang sejauh mana program yang telah disusun dapat diimplementasikan dengan baik. Dalam kegiatan monitoring ini berusaha untuk menilai kualitas proses pelatihan, baik dari aspek kinerja instruktur, iklim kelas, sikap dan motivasi belajar atau berlatih para peserta pelatihan. Sedangkan penilaian pasca pelatihan bertujuan untuk mengetahui perubahan kinerja peserta setelah kembali ke tempat kerjanya masing-masing. |
Bentuk Evaluasi Training
Model ROTI (Return On Training Investment) yang dikembangkan oleh Jack Phillips merupakan level evaluasi terakhir untuk melihat cost-benefit setelah pelatihan dilaksanakan. Kegunaan model ini agar pihak manajemen perusahaan melihat pelatihan bukan sesuatu yang mahal dan hanya merugikan pihak keuangan, akan tetapi pelatihan merupakan suatu investasi. Sehingga dapat dilihat dengan menggunakan hitungan yang akurat keuntungan yang dapat diperoleh setelah melaksanakan pelatihan, dan hal ini tentunya dapat memberikan gambaran lebih luas, apabila ternyata dari hasil yang diperoleh ditemukan bahwa pelatihan tersebut tidak memberikan keuntungan baik bagi peserta maupun bagi perusahaan.
Dapat disimpulkan bahwa model evaluasi ini merupakan tambahan dari model evaluasi Kirkpatrick yaitu adanya level ROTI (Return On Training Investment), pada level ini ingin melihat keberhasilan dari suatu program pelatihan dengan melihat dari Cost- Benefit-nya, sehingga memerlukan data yang tidak sedikit dan harus akurat untuk menunjang hasil dari evaluasi pelatihan yang valid.Penerapan model evaluasi empat level dari Kirkpatrick dalam pelatihan dapat diuraikan dengan persyaratan yang diperlukan sebagai berikut :
Level 1: Reaksi
Evaluasi reaksi ini sama halnya dengan mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan. Komponen-komponen yang termasuk dalam level reaksi ini merupakan acuan untuk dijadikan ukuran. Komponen-komponen tersebut indikatornya adalah:
1. Instruktur/ pelatih. Dalam komponen ini terdapat hal yang lebih spesifik lagi yang dapat diukur, disebut juga dengan indikator. Indikator-indikatornya adalah kesesuaian keahlian pelatih dengan bidang materi, kemampuan komunikasi dan keterampilan pelatih dalam mengikutsertakan peserta pelatihan untuk berpartisipasi.
2. Fasilitas pelatihan. Dalam komponen ini, yang termasuk dalam indikator-indikatornya adalah ruang kelas, pengaturan suhu di dalam ruangan dan bahan dan alat yang digunakan.
3. Jadwal pelatihan. Yang termasuk indikator-indikator dalam komponen ini adalah ketepatan waktu dan kesesuaian waktu dengan peserta pelatihan, atasan para peserta dan kondisi belajar.
4. Media pelatihan. Dalam komponen ini, indikator-indikatornya adalah kesesuaian media dengan bidang materi yang akan diajarkan yang mampu berkomunikasi dengan peserta dan menyokong instruktur/ pelatihan dalam memberikan materi pelatihan.
5. Materi Pelatihan. Yang termasuk indikator dalam komponen ini adalah kesesuaian materi dengan tujuan pelatihan, kesesuaian materi dengan topik pelatihan yang diselenggarakan.
6. Konsumsi selama pelatihan berlangsung. Yang termasuk indikator di dalamnya adalah jumlah dan kualitas dari makanan tersebut.
7. Pemberian latihan atau tugas. Indikatornya adalah peserta diberikan soal.
8. Studi kasus. Indikatornya adalah memberikan kasus kepada peserta untuk dipecahkan.
9. Handouts. Dalam komponen ini indikatornya adalah berapa jumlah handouts yang diperoleh, apakah membantu atau tidak.
Level 2: Pembelajaran
Pada level evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta program pelatihan pada materi pelatihan yang telah diberikan, dan juga dapat mengetahui dampak dari program pelatihan yang diikuti para peserta dalam hal peningkatan knowledge, skill dan attitude mengenai suatu hal yang dipelajari dalam pelatihan.
Pandangan yang sama menurut Kirkpatrick, bahwa evaluasi pembelajaran ini untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh dari materi pelatihan. Oleh karena itu diperlukan tes guna utnuk mengetahui kesungguhan apakah para peserta megikuti dan memperhatikan materi pelatihan yang diberikan. Dan biasanya data evaluasi diperoleh dengan membandingkan hasil dari pengukuran sebelum pelatihan atau tes awal (pre-test) dan sesudah pelatihan atau tes akhir (post-test) dari setiap peserta. Pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga mencakup semua isi materi dari pelatihan.
Level 3: Perilaku
Pada level ini, diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan tingkah laku peserta (karyawan) dalam melakukan pekerjaan. Dan juga untuk mengetahui apakah pengetahuan, keahlian dan sikap yang baru sebagai dampak dari program pelatihan, benar-benar dimanfaatkan dan diaplikasikan di dalam perilaku kerja sehari-hari dan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja/ kompetensi di unit kerjanya masing-masing.
Level 4: Hasil
Mengukur hasil dari training terhadap keuntungan perusahaan (profitability), produktifitas, kualitas kerja, penjualan, turnover dan pengeluaran (expenses), hanya sekitar 7% organisasi yang menerapkan cara ini. Reaksi, didefinisikan sebagai bagaimana tanggapan peserta terhadap program training tersebut. Pembelajaran, suatu tingkatan dimana peserta secara tertulis diuji untuk dapat mengetahui sejauh mana materi training telah diterima oleh mereka. Perilaku, ditujukan untuk mengukur perubahan sikap kerja dalam kegiatan sehari-hari. Hasil digunakan untuk mengetahui seberapa besar program pelatihan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Hasil akhir tersebut meliputi, peningkatan hasil produksi dan kualitas, penurunan harga, peningkatan penjualan. Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan. Sasaran pelaksanaan program pelatihan adalah hasil yang nyata yang akan disumbangkan kepada perusahaan sebagai pihak yang berkepentingan. Walaupun tidak memberikan hasil yang nyata bagi perusahan dalam jangka pendek, bukan berarti program pelatihan tersebut tidak berhasil. Ada kemungkinan berbagai faktor yang mempengaruhi hal tersebut, dan sesungguhnya hal tersebut dapat dengan segera diketahui penyebabnya, sehingga dapat pula sesegera mungkin diperbaiki.
Nama : Ermalia Windasari
Kelas : 3DB01
NPM : 32107146
Materi : Pelatihan Personnel
PROGRAM PELATIHAN (TRAINING)
PENDAHULUAN
Dalam mengantisipasi pasar global di masa mendatang akan banyak masuk ke Indonesia antara lain : pertama, staf peneliti maupun teknisi di bidang penelitian dan pelayanan kedokteran/kesehatan, dan kedua, teknologi mutakhir untuk menunjang penelitian dan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Di Indonesia, kondisi sumber daya manusia (SDM) di bidang penelitian dan pelayanan kedokteran/kesehatan kualitasnya belum memadai dibandingkan dengan kecepatan perkembangan IPTEK, disamping itu terbatasnya pusat-pusat pengembangan yang ada di Perguruan Tinggi dalam menunjang peningkatan kualitas SDM di atas.
Lembaga Penyakit Tropis (Institute of Tropical Disease) Universitas Airlangga mempunyai fasilitas dan kemampuan yang mencukupi dalam penelitian bidang kesehatan maupun diagnostik molekuler serta mempunyai kerjasama dengan pusat penelitian di dalam dan luar negeri.Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan ketrampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori.
Pelatihan merupakan salah satu program kegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyakit Tropis (ITD) secara rutin setiap tahun. Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan di Lembaga Penyakit Tropis adalah Pelatihan Metodologi Laboratorium untuk membantu diagnosis penyakit-penyakit infeksi seperti : Malaria, Parasit Usus, Hepatitis, DBD/DHF, Avian Influenza, Diare Kronik, TB, Lepra; DNA Paternity; dan Stem cell baik berupa kursus singkat (short-term courses) maupun magang (long-term courses).
TUJUAN PROGRAM
1.Meningkatkan kemampuan ketrampilan (Skill) peneliti dan teknisi di bidang penelitian dan pelayanan kedokteran/kesehatan dalam mengaplikasikan teknologi mutakhir.
2.Meningkatkan pengetahuan peneliti dan teknisi yang mendasari atau menunjang teknologi mutakhir.
SASARAN PROGRAM
1.Staf peneliti di lingkungan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, serta Balitbang Departemen terkait.
2.Staf pengajar (dosen) Fakultas Kedokteran Umum, Kedokteran Gigi, MIPA Biologi, Kedokteran Hewan di PTN dan PTS
3.Teknisi / Analis laboratorium di lingkungan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, serta Pusat Pelayanan Kesehatan.
MACAM PROGRAM
1. Ditinjau dari jenis pelatihan/kursus, meliputi :
a) Pelatihan Ilmu Dasar (basic course)
b) Pelatihan Ilmu Terapan (applied course)
2. Ditinjau dari lama pelaksanaan pelatihan/kursus, meliputi :
a) Kursus singkat (short-term courses)
b) Kursus jangka panjang / Magang (long-term courses)
3. Ditinjau dari materi
a) Pelatihan untuk mengelola teknologi mutakhir (yaitu teknik pemeriksaan laboratorium), seperti :
PCR (Polymerase Chain Reaction)
ELISA (Enzyme-Linked Immunoabsorbent Assay)
Kultivasi
Stem cell
Acridine Orange (AO)
Giemsa
b) Pelatihan untuk menerapkan teknologi mutakhir di bidang :
Penyakit Hepatitis
Penyakit Malaria
Penyakit Demam Dengue/DHF
Penyakit Diare
Penyakit Avian Influenza
Penyakit Lepra
Penyakit TB
Penyakit tropis lainnya
METODE
- Teori : Klasikal di kelas
- Praktek : di laboratorium / di lapangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar